Senin, 30 Juli 2012

Yuk, Melihat Kehidupan Guru TKI di Perkebunan Sawit Sabah

Selasa, 31/07/2012 10:38 WIB

Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook

Foto: Andi Saputra (detikcom)

Sabah Panas matahari seakan membakar Pulau Kalimantan. Di antara bentangan alam ini berdiri sebuah ruangan ukuran 8x8 meter bersebelahan dengan gedung utama sekolah. Ruangan itu menyambung ke kamar sederhana untuk tidur para guru asal Indonesia yang mengajar para TKI di perkebunan sawit.

"Di sini listrik langsung nyambung dari pabrik, 24 jam," kata seorang guru, Nur Eka Febriyanti kepada detikcom, di perkebunan sawit Sapi 2, Sabah, Malaysia, Selasa (31/7/2012).

Ketika pintu terbuka, sebuah meja makan berada di tengah ruangan. Terdapat sebuah kulkas yang berisi es lilin dan es batu. "Ini kulkas titipan orang tua siswa," kisah lajang asal Mojokerto ini.

Setiap harinya dia bangun pagi dan mengajar hingga selepas siang. Setelah itu dia mengisi hari-hari dengan kesibukan untuk menghilangkan kejenuhan. "Kalau hari Sabtu dan Minggu malah seharian penuh, sampai Maghrib. Sebab hari itu banyak anak-anak TKI yang sehari-hari bekerja di ladang baru bisa sekolah," kisah alumnus Universitas Negeri Surabaya (Unnesa) ini.

Kejenuhan merupakan tantangan utama. Berada di tengah hutan, membuat mereka harus pandai-pandai menyiasatinya. Sinyal internet yang mudah hilang kadang diakali dengan menggantung modem internet di pucuk pohon. Begitu juga dengan sinyal telepon, mereka harus mencari titik sempurna supaya bisa telepon atau kirim sms.

"Kalau sudah jenuh, satu-satunya cara ya jalan-jalan ke Bandar, ada supermarket di sana. Sekitar satu jam dari sini," kisahnya.

Nasib Prasetyo lebih beruntung dibanding Eka. Sebagai koordinator guru, dia mendapatkan fasilitas rumah panggung tetapi itu pun masih tetap sederhana. Cat papan sudah pendar, sarang laba-laba di sana-sini, debu bertebaran dan nyamuk di malam hari yang tidak bersahabat. Adapun ruangan dalam di cat warna cerah dengan lantai kayu.

"Nasib kami lebih beruntung. Ada sesama guru yang rumahnya bekas tempat penggilingan beras. Menuju ke lokasi itu butuh waktu berjam-jam dengan jalan yang hancur. Jika hujan jalanan menjadi lautan lumpur, tak bisa dilalui," kisah Pras.

Perkampungan ini berada jauh dari jalan raya. Untuk keluar dari hutan sawit mereka menumpang truk sawit hingga ke jalan raya.

"Para pekerja di sini baik-baik dan ramah kepada kami. Kadang mereka tidak mau dibayar kalau kami beli makanan ke mereka. Kalau harus masak sendiri kan malah jatuhnya lebih mahal tapi kalau dibayar mereka menolak," cerita lajang yang tidak tamat menyelesaikan kuliah di Fakultas Teknik UGM ini.

(asp/mad)

Tutup
 Share to Facebook:

You are redirected to Facebook

loadingSending your message

Message has successfully sent

Foto Video Terkait

  • Melanie Subuno Kecam Pernyataan Maftuh Basyumi.
  • 3 TKI Tewas, Malaysia Terus Digeruduk Pendemo.
  • Ratusan TKI Terampil Diberangkatkan ke Korsel.
  • Beginilah Cara Seniman Merekam Derita TKI.
  • Demo Buruh dari Gurita, Pocong hingga Nenek Joget.

Komentar (0 Komentar)

 

Free Phone Sex