Rabu, 22/08/2012 13:09 WIB
Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook
"Dalam konteks ini, misalnya kapasitas ICU penuh di rumah sakit Koja bukan berarti ditolak, tapi dirujuk ke rumah sakit umum lainnya yang memiliki ICU. Ini tidak ada perbedaan pelayanan apa pun, kalau penuh maka dilayani untuk dirawat di rumah sakit lainnya. Kalau ini juga penuh maka bisa kita rujuk ke RSCM. Jadi tidak benar kalau ditolak oleh rumah sakit umum Koja," kata pria yang akrab disapa Foke tersebut usai mengunjungi RS Koja, Jakarta Utara, Rabu (22/8/2012).
Menurut Foke, keluhan pasien Gakin muncul karena kesalahpahaman semata. "Umumnya karena misunderstanding. Instrumen ICU itu juga bukan hal yang mudah dipindah-pindahkan," ucapnya.
Foke menjelaskan disamping keterbatasan fasilitas, rumah sakit umum juga memiliki keterbatasan jumlah tenaga ahli. Sehingga, sistem rujukan menjadi salah satu solusi dalam menghadapi keterbatasan tersebut.
"Kawan saya juga bertanya, Wulan Guritno, banyak juga gaya hidup orang Jakarta itu jauh berbeda sehingga banyak bayi dan balita menderita diabetes militus. Penyakit ini bisa karena garis keturunan dan gaya hidup. Dia tanya bagaimana kalau di puskesmas kecamatan disediakan pengobatan khusus diabetes untuk bayi dan balita. Kita masih mempunyai jumlah ahli diabetes terbatas sehingga tidak bisa setiap puskesmas dilengkapi ahli diabetes. Jadi kita gunakan sistem rujukan itu tadi," ujar pria yang dikenal dengan kumisnya tersebut.
Foke menambahkan untuk bayi dan balita yang menderita diabetes masih jarang tenaga ahli yang mampu menanganinya. "Jadi untuk menangani ini perlu pediatric indokrinologis, ini jarang di Indonesia. Oleh karena itu, kita rujuk ke rumah sakit umum lainnya. umumnya ada beberapa penyakit diabetes dan ada yang memerlukan pengobatan dengan insulin. Jadi kita menyarankan rujukan ke rumah sakit umum lain yang ada ahli indoktrinnya," tutupnya.
(vid/mpr)
Baca Juga
Komentar (0 Komentar)
