Kamis, 12/07/2012 17:21 WIB
Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook
Penarik kapal di Kali Sunter (David)
"Saya sudah 6 tahun kerja seperti ini, daripada menganggur, saya kan juga sudah tua," kata Mamad saat ditemui di perahunya di Kali Sunter, Koja, Jakarta Utara, Kamis (12/7/2012).
Pantauan detikcom di sepanjang Kali Sunter yang melintasi Koja, terdapat 12 kapal penyeberang orang yang tiap harinya bolak-balik di kali yang memiliki lebar sekitar 20 meter. Kapal-kapal tersebut digerakkan dengan cara menarik sebuah tambang besi yang melintang menghubungkan sisi satu dengan sisi lainnya.
Kapal milik Mamad sendiri memiliki lebar 2 meter dan panjang 6 meter. Kapal miliknya diklaim mampu menampung sebanyak 20 orang dan hanya memakan waktu tidak sampai dua menit dalam menyeberangkan orang.
"Kapasitas 20 orang sampai 15 orang bisa. Lebih sering satu atau dua orang, kecuali ada acara kondangan bisa 8 sampai 10 orang," jelas Mamad.
Mamad menjelaskan setiap penarik perahu menerapkan tarif yang sama untuk sekali menyeberang. Persaingan dengan rekan satu profesinya juga tidak menonjol, hanya saja Mamad mengeluhkan jumlah kendaraan yang padat.
"Perahu sudah banyak sekarang tapi tarif tetap Rp 500 sekali menyeberang. Sekarang masalahnya kendaraan sudah seperti kacang goreng, jadi banyak saingan," papar pria berusia 55 tahun tersebut.
Mamad mengaku dalam sehari bisa mendapatkan Rp 100 ribu sebelum dipotong setoran untuk pemilik kapal. Seharinya sekitar 150 orang biasa menggunakan jasanya.
"Rp 100 ribu sampailah, tapi belum dipotong setoran Rp 46.000 sehari ke pemilik kapal. Kapal ada yang punya, kita cuman penarik dan perawat. Biasanya orang-orang yang mau ke pasar, orang pulang kantor, sehari bisa sampai 150-an orang," kata Mamad.
Mamad mengaku pasrah jika suatu saat ada pembangunan jembatan yang menggusur para penarik kapal penyeberang orang yang telah ada sejak tahun 60-an. "Dengar-dengar ada rencana pembangunan jembatan, tapi itu dengar-dengar saja. Kalau dibangun ya terpaksa kita cari usaha lain, yang penting halal," ungkap pria yang telah bercucu tersebut.
Cuaca yang tidak bersahabat sering kali memaksa Mamad pulang dengan tangan hampa. "Kalau angin kencang atau hujan, tidak ada orang mau menyeberang. Kapal juga pasti goyang-goyang. Kalau sudah begitu ya terpaksa kita tidak bawa apa-apa," kesah Mamad.
(vid/nwk)
Baca Juga
Komentar (0 Komentar)
